Archive for Maret 2015

Tidak Ada Inspirasi


.

Tugas Bahasa Indonesia
      Kalau disuruh mengarang cerpen atau semacamnya, saya paling senang karena ini hobi saya banget. Oke disi saya mau cerita sedikit tentang kelasXII IPA 1, kelas yang berbeda dari kelas lainnya, maksudnya dari segi ruangan. Menurut saya kelas ini sempit dengan penghuni 29 orang, terus gelap apalagi saya yang duduk paling belakang merasa nggak enak, kalau pagi-pagi banyak sekali nyamuk yang keluar dari dalam laci saya meskipun laci saya bersih dari sampah. Dan disini kadang saya merasa sedih. Anehnya lagi kalau duduk paling belakang itu bawaannya pengen tidur mulu, kalau lagi dalam proses belajarpun kadang suka nggak ngerti, soalnya jauh dari guru, dan disini kadang saya merasa sedih lagi =D
     Nah sekarang kalau berbicara tentang teman, nggak usah jauh-jauh deh, saya mau menceritakan teman sebangku saya saja, namanya familiar sekali di dengar, hampir mirip sama saya, wajahnya cantik banget kalau dibedakan sama Omas, orangnya juga baik saking baiknya suka tiduran di kelas tapi orangnya asik di ajak curhat sama bercanda, kulitnya sawo matang, kalau hari senin-kamis dia memakai jilbab putih dan kalau hari sabtu dia memakai baju pramuka, nah kalian pasti tahu siapa dia?? (hehehe).
Pengalaman yang paling konyol yang saya lakukan bersama dia adalah ketika pelajaran Nahwu Saraf kita tiduran bareng, (hahaha)…. dan tidak memperhatikan pelajaran, untungnya lagi nggak ada yang negur. (jangan ditiru ya). Ini mungkin efek kelelahan bergadang belajar fisika. Oke masalah ini lupakanlah sekarang saya ingin menceritakan tentang sekolah.
     “SEKOLAH” kata yang diawali dengan huruf S dan di akhiri dengan huruf H. Iya, sekolah tempat yang menyadari saya suatu hal, tentang persahabatan, tentang kekeluargaan, kekompakan, penyesalan, kekonyolon dan tentang pengalaman, semuanya saya sadari disekolah ini, sekolah MAN Selat Tengah. Begitu banyak hal indah yang saya rasakan mulai dari canda, tawa, bahagia, suka, duka bahkan permusuhan sekalipun.
     2 tahun yang lalu banyak kenangan yang sudah saya lewati bersama tema-teman, hingga 1 tahun terakhir ini saya di kelas XII IPA 1, kelas yang kalau di ibaratkan seperti permen nano-nano bermacam-macam rasanya. Saya dihadapkan dengan 29 karakter yang berbeda, saya merasa tersaingi dalam rangking karena mereka pintar-pintar semua khususnya teman saya Pujo yang kalau tidur sekalipun saat pelajaran berlangsung, dia tetap paham kok, anak satu itu memang luar biasa made in Tuhan banget. (hahaha) …
     Sulit saya mendefinisikanarti kelas XII IPA 1 karena pada dasarnya kelas ini sangat bermakna dihati saya, selain itu yang menjadi pelengkap ialah sahabat-sahabat konyol saya Irma, Isah, kiki. Mereka sangat punya arti dihidup saya. Inilah masa putih abu-abu tidak ada kata AKU dan KAMU, melainkan KITA.
     Sebentar lagi tinggal menghitung minggu saja kita akan di hadapi dengan UN yang juga akan menentukan perjalanan kita selama 3 tahun dan hanya selama 3 hari di uji.
      Ya memang inilah masa putih abu-abu banyak kisah klasik yang terekam di otak saya juga tersimpan di buku harian saya apalagi kenangan di kelas ini, XII IPA 1 dengan penghuni yang bermacam-macam bentuknya (hahaha) mulai dari A sampai Z dengan karakter yang berbeda,,ada yang cantik-cantik, ganteng-ganteng, baik, lucu, konyol, pintar bahkan ada yang sok pintar.. uppss keceplososan. kami juga punya Ibu kesayangan bernama Ibu Noor Jannah atau biasa anak-anak IPA 1 panggil dengan sebutan ”BUNDA” (keren banget kan). Menurut saya pribadi beliau wali kelas yang perhatian juga cantik. Dan beliau adalah keluarga dari ayah saya.
     Oh iya saya juga ingin bercerita lagi nih tentang pengalaman yang paling melekat di hati saya selama bersekolah disini yaitu mulai dari kelas X, XI, dan XII saya selalu mengikuti LKBB dan Tata Upacara di Kodim bersama tim kami yang diketuai oleh M. Akbar, setiap kali latihan kita di ajarkan kekompakkan, keseriusan dan kebersamaan. Selain menghabiskan waktu, tenaga juga pelajaran banyak tertinggal, apalagi kalau menghadapi cuaca panas, nggak ada tuh istilahnya mengenal hujan atau nggak, panas atau nggak pokoknya kalau disuruh latihan ya harus latihan, meskipun kami sering kalah tapi saya bangga karena kami latihan mandiri tanpa ada pelatih dari luar seperti TNI. Selama 3 tahun mengikuti lomba hanya ada 4 penghargaan yang kami dapat yaitu ketika juara 3 LKBB, juara 3 lomba gerak jalan, dan yang terakhir juara 1 gerak jalan putri dan juara 1 gerak jalan putra. Yang membuat saya bangga lagi ketika saya menjadi pasukan pemimpin atau disebut danton, ini kali pertamanya saya menjadi danton dan tim kami juara 1 putri. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi saya. Dan ada 1 hal lagi yang membuat saya menyesal yaitu ketika kami mengikuti lomba LKBB untuk yang terakhir kalinya, bukan kemenangan yang kami dapat tapi kekalahan. Sebenarnya sedih sih kalau bercerita ini, tapi ini pengalaman yang tidak pernah saya lupakan sampai saat ini, singkat cerita waktu itu seminggu sebelum hari H kita latihan sungguh-sungguh, waktu latihan menurut saya pribadi kita sudah latihan maksimal mulai dari cara masuk, sampai menunjukkan gerakkan variasi dan keluar dari barisan semua gerakkan sudah sempurna tidak ada yang salah, ketika perlombaan dimulai kami tampil pada siang hari melawan teriknya matahari tapi semangat kami tidak luntur, meskipun mentalku sedikit ciut ketika melihat penampilan dari sekolah lain yang bagus-bagus sekali, tapi kita adalah kita, kita bukan mereka. Sebelum bertanding aku dan tim berdoa bersama-sama dengan di dampingi pembimbing setia kami selama 3 tahun ini yaitu Ibu Teno Heika, beliau ikut andil dalam menyemangati dan membimbing kami. Pesan ketua kami M. Akbar sebelum tampil adalah “fokus jangan terpatok ketika latihan saja, tapi dengarkan apa yang saya ucapkan dan lakukan” kami pun merasa yakin bahwa kami bisa,
     “Kita tampilkan peserta dengan nomor urut 16 dari MAN SELAT TENGAH” terdengar suara moderator dan pastinya jantung saya dari tadi sudah nggak beraturan saking gugupnya
     Entah apa yang saya rasakan saya berada ditengah baris lintas, hingga saat aba-aba kedua aku dan teman-teman salah gerakkan, wah kacau, ku lirik Ibu Teno dengan muka yang mungkin kecewa. Aku pun merasa bersalah sekali, karena satu kali gerakkan yang salah poin dikurangi sebanyak 10 poin  dan dikalikan orang yang melakukan kesalahan, kami hanya diberi modal 1000 poin. Hingga pada akhirnya kami memang kalah, padahal ini penampilan terakhir kami untuk MAN SELAT, ku lihat semua wajah-wajah teman-teman pada manyun semua, mungkin ada penyesalan bagi mereka, ku lihat wajah Ibu Teno dengan menunjukkan rasa bangga meskipun kami kalah. Dari pengalam ini bisa saya simpulkan bahwa kekalahan bukan akhir dari segalanya. Untuk mencapai sesuatu kemenangan kita harus melewati dulu arti kekalahan.

     Waduh tidak terasa sudah lembaran ke 3 saya menulis, padahal masih banyak lagi pengalaman yang ingin saya ceritakan. Sekian dan terima kasih.

UNTUK SAHABAT


.



Sahabat adalah seseorang yang aku jadikan ia sebagai sandaran bagi rapuhnya jiwa. Setiap saat ia siap menampung segala kesah dan segala derita, yang setiap saat ia tak pernah lelah mengajari aku tentang keindahan, tentang pengorbanan,dan tentang apa saja yang kemudian membuat aku paham akan makna kehidupan.
Yang setiap saat ia membantuku menuju jalan cahaya. Seharusnya persahabatan tak pernah mengenal usia, tak mengenal ruang dan suasana ,tak mengenal dimensi berbeda dari sebuah tema, tak mengenal jingga, tak mengenal air mata.
Persahabatan adalah memori kehidupan yang sampai kapanpun takkan pudar oleh amnesia.Ia hidup dan terus menyala . Namun terkadang ikatan persahabatan harus dipisahkan oleh sebuah peristiwa yang tidak di harapkan.

Sahabat itu seperti bintang di langit,walau jauh dia tetap bercahaya , meski kadang menghilang tapi tetap ada, tak mungkin di miliki juga tak bisa di lepaskan, dan akan slalu ada di hati.
Sahabat lebih dari sekedar seseorang dia adalah naungan saat kita merasa sendiri,membuat kita selalu berarti, sahabat lebih dari sekedar sesuatu dia adalah penghibur di saat kita sepi menjadikan kita selalu tersenyum.
Sahabat adalah bulan dimalam hari. Walaupun Cuma sendiri tapi dia mampu menerangi malam hingga fajar. Dia selalu redup saat semua telah terlarut. Meninggalakan impian kosong dan angan-angan.
Sahabat itu seperti lilin yang rela habis terbakar demi terang dan sahabat juga seperti jarum jam yang setia berputar walau siang dan malam, meski gelap ataupun terang.
Sahabat adalah obat disaat kita memberi tak mengharapkan balasan selalu jaga perasaan,ada canda dalam kebersamaan, ada senyum dalam pertemuan dan ada rindu saat berjauhan.
Seberapa besar arti persahabatan, aku menjawab, seujung kuku, Karena seberapapun kuku di potong , dia akan tumbuh terus sampai ujung usia kita.
Terima kasih banyak buat kalian para sahabat-sahabat ku yang telah melengkapi hidupku..

KENALAN DULU


.



Assalamualaikum para pembaca…
Kenalan dulu yuks biar lebih afdol. Hehehe
Seperti pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang.
Nama lengkapku Khairunnisa
Panggil aja Nisa/Khairun/Icha/Kirun
Aku lahir di Kuala Kapuas Kalimantan Tengah tanggal 04 juni 1997,
Aku anak kedua dari empat bersaudara, ayahku seorang pekerja keras dan bertanggung jawab. Ibuku seorang wanita yang paling sempurna di mataku. Aku seorang muslim dan aku sangat mencintai agamaku.
Hobiku membaca dan menulis
Cita citaku pengennya jadi Notaris / Analis Kesehatan
Motto ku ingin selalu jadi yang terbaik dari yang terbaik
Semboyanku mudah dikenal sulit tuk di lupakan.
Kunjungi aku di
Fb : Nisa Ya khairun
Tweeter : @niisa_13
Pin : 7F7FA7C2
Arti hidup bagiku, memang hidup ini berat, hidup ini cobaan tapi hidup ini juga indah life is beautiful .   I love me just the way I am muslim.aku bangga sebagai seorang muslim, bangga dengan apa yang memang sudah ketentuan Allah pada diriku, bentuk tubuh, bentuk muka lahir dari orang tua ini bukan yang itu . Ya, aku sangat meniikmati hidupku bersama orang orang yang menyayangiku.
Aku jalani hidup ini seperti air mengalir dengan tenang meski terkadang banyak hal ceroboh yang ku lakukan karena sebenarnya tujuan hidupku adalah berbuat kebaikan dan menjadi lebih baik. Menurutku kesuksesan dan kegagalan ibarat 1 koin mata uang dengan 2 gambar yang saling bertolak belakang , ada sukses di balik kegagalan.

MY MOTHER


.

Nama ku Khairunnisa mungkin itulah
perkenalan singkatku. Karena jika
dijabarkan lebih jelas, mungkin akan
menjadi panjang dikalikan lebar sama
dengan luas. Hmm, hobi menulisku
memang kadang-kadang membawa ilmu-
ilmu eksak. Mungkin karena aku suka
pelajaran menghitung, walau faktanya
nilai matematikaku tak bisa selalu
sempurna meski aku telah belajar keras
dan penuh kesungguhan. Tapi aku
merasa beruntung, karena aku dikelilingi
oleh orang-orang yang baik selalu
kepadaku. Dan keberuntungan itu selalu
saja memaksaku untuk pandai-pandai
bersyukur
“Aku nisa. Aku Aku bahagia hidup di
khatulistiwa.” inilah salah satu coretan
penaku yang tak jelas bertujuan apa yang
kerap kali kutulis ketika aku sedang
lapar. Maklum saja, sejak aku duduk di
bangku putih biru hingga di putih abu-abu
aku nyaris tak sempat tidur siang lagi
seperti kancil. Kegiatan sekolah
membuatku lelah dan lapar. Tak jarang
aku menghiraukan sang guru ketika
sedang mengajar meski aku tau bahwa
itu bukanlah tindakan yang baik.
Kemudian, sosok yang paling aku puja
sepanjang waktu. Dialah idola sejatiku.
Allah subhanahu wata’ala. Kekasihku dari
jauh. Sang pemilik arsy yang Maha
segalanya yang baik-baik. Dan Nabi
Muhammad solallahu’alaihi wasallam,
rasul utusan Allah yang tiap perkataan,
perbuatan, maupun ketentuan beliau
adalah teladan. Mengikuti sunahnya
merupakan ibadah. Dan salah satu dari
sekian banyaknya ibadah ialah
menghormati ibu.
Dengan tidak mengurangi rasa hormatku
pada sosok ayah, aku katakan “ibuku
hebat...” ibu adalah simbol cinta yang
nyata, lebih terasa begitu indah.
sosok wanita yang telah
mengandung dan melahirkanku.
Perjuangan yang amat besar. Bertaruh
jiwa dan raga, demi aku, yang sangat ia
harapkan kelak menjadi teladan. Ribuan
kata terangkai sempurna, membentuk
sebuah kalimat yang sarat makna.
“Ibu, engkau begitu bahagia..kasih
sayangmu mengalir hingga ke dasar
sumsum..tak banyak aku memberi, tapi
engkau sudah tak kehitung..berkali-kali
aku merengek ini dan itu, tapi engkau,
tak sedikitpun engkau meminta..engkau
begitu surga, yang tiap lantunan doamu
selalu menghadirkan ukiran namaku..”
Itulah kiranya ungkapan cintaku pada
sang ibu yang begitu kubanggakan. Dan
ternyata, bukan itulah puncak
permintaannya. Besar harapannya ialah
kebahagiaan selalu menyertaiku. Meski
sudah tidak terhitung betapa besarnya
pengorbanan yang ibu berikan. Tetapi
memang sudah sifat, yang masih belia
sepertiku memandang orang tua selalu
berpikiran kuno dan ketinggalan jaman.
Terhadap ibuku pun, aku pernah berpikir
layak itu yang aku yakin itu bisa
menambah catatan dosaku. Lalu kembali
kutatap rona wajahnya. Telah banyak
kerut yang muncul disana. Mungkin,
itulah yang mewujudkan kesabaran
hatinya yang juga penuh perhatian
merawatku. Terlalu sering, betapa kecilku
dulu membuang kotoran di pangkuan
ibu. Tetapi hebatnya, dia tak pernah
marah dengan segala tingkah manjaku.
Jika mengingat masa kecilku, ketika aku
masih lemah. Dengan keikhlasan ibu
ajarkanku untuk berjalan. Senyumannya
yang penuh arti nyaris tak pernah aku
sadari bahwa saat itulah ibu tengah
memberiku semangat untuk bisa.
“Ayo, Nak..! kemari...kesini...sini...sini...
Ayo kejar ibu...ayo...” teringat jelas dikala
ibu memelukku mesra. Kasihmu ibu
seperti lingkaran. Tak berawal dan tak
berakhir. Selalu berputar dan senantiasa
meluas. Melingkupi seperti kabut pagi.
Menghangatkan seperti mentari siang.
Menyelimuti seperti bintang malam. Aku
berharap kelak, bisa menjadi pribadi
semulia ibu...berbuat baik, berbakti dan
taat. Sayangku pada ibu, akan membuat
Tuhanku juga sayang kepadaku. Murkaku
pada ibu, akan membuat Tuhanku juga
murka kepadaku. Karena setiap ridho ibu
juga merupakan ridho Tuhanku.
“Ya, Allah.. Tuhanku yang sangat aku
kasihi..kekasih-Mu yang kecil ini
memohon dengan sangat, berikanlah
kesempatan dan kemampuan agar aku
dapat membalas segala jasa orang-orang
yang telah begitu baik terhadapku.”
itulah sedikitnya yang dapat terucap kali
ini.
Ibu tak memerlukan imbalan koin emas
sekalipun. Dengan aku merawatnya tulus,
itu pun tak akan pernah sanggup
membalas kebaikan hatinya. Yang ia
inginkan adalah kesuksesan buah hatinya.
Pernah kupersembahkan satu keriangan
untuknya, “Ibu...aku ranking satu... ”
dengan penuh gembira berteriak bahagia
menatap wajah ibuku.
“Alhamdulillah...bersyukurlah, Nak. Tetap
belajar yang rajin ya...” penuturan beliau
sungguh membawa kedamaian.
*****
Kini aku tidak lagi menjadi anak kecil
yang kerap bermanja seperti dulu. Sudah
saatnya aku berhenti sejenak untuk
bermain-main dengan ingatan masa
kecilku. Rangkaian kehidupan selalu maju
kearah depan. Itulah yang memaksaku
untuk berpikir tentang masa yang akan
datang, meski aku tahu hanya Tuhanku
yang menghendaki akan sampai mana
aku berkesempatan menghirup nafas. Itu
semua mengajarkanku betapa amalku tak
akan pernah cukup untuk membalas jasa-
jasa ibu. Perjalanan hidup ini begitu
panjang. Kemanapun aku melangkah,
akan kutemui tikungan kegagalan dan
bundaran kebingungan. Tapi aku punya
penolong bernama Tuhan. Dan aku akan
sampai di sebuah tempat yang disebut
tujuan. Salah satu dari enam perkara pengantar
surga adalah mengetahui akhirat dan
mengharapkannya. Tujuan akhir hidup
adalah surga, padahal pepatah bijak
mengatakan bahwa surga itu berada di
telapak kaki ibu. Astagfirullah...berapa
kali kata “ah” terucap dalam harianku?
Padahal Allah menetapkan kata “ah” saat
menolak perintah orang tua adalah dosa.
Masihkah aku aku melanjutkan tradisi
kemalasanku?
“Tidak” seharusnya ini adalah jawaban
yang paling baik dan tepat.
“Ibu, aku yakin disetiap sujudmu yang
khusuk, disetiap doamu yang kontinyu,
engkau selalu selipkan namaku. Terima
kasih untuk semua peluhmu yang tak
hanya kasih tetapi juga sayang.”
“Ibu, maafkan setiap kali aku berbuat
salah yang kerap membuatmu terluka.
Semoga Allah memberikan cahaya ditiap
langkah yang hendak dilalui. Memberikan
kekuatan dan ketegaran dalam menjalani
hidup. Memberikan ampunan disetiap
kesalahan yang telah dan akan dilakukan.
Dan seberat apapun langkah, semoga
akhirnya akan sampai pada impian yang
melingkar di puncak kesuksesan yang
masih terekam di dalam benak dan
pikiran.”
Ibu, aku akan terus ingat sejuta alasanmu
untuk tersenyum, menikmati setiap detik
waktu dan mengakhiri kelelahan hari ini
dengan keikhlasan.
"ibu, pastikan engkau masih bisa
tersenyum besok pagi. Aku
mencintaimu...karena Allah...
({}) aku sayang ibu

PUTIH ABU ABU


.



 “Tiada masa paling indah masa masa disekolah, tiada kisah paling indah kisah kasih disekolah”. Begitulah sepenggal lirik lagu lama yang berjudul KISAH KASIH DI SEKOLAH, lirik lagu itu memang ada benarnya juga sebab dari beberapa pengakuan mereka yang pernah merasakan masa masa sekolah juga banyak mengatakan demikian, bahwa masa sekolah masa masa paling indah yang penah mereka rasakan.
    Kelulusan sekolah menengah pertama 100% LULUS, salah satunya aku. Perkenalkan namaku Khairunnisa, seiring berjalannya  waktu tidak terasa aku sudah lulus di sekolah MTsN Selat ini, terlalu banyak kenangan, suka, duka, canda, tawa, persahabatan, asmara, pendidikan dan lainnya yang ku rasakan disini. Guru-gurunya  yang baik, profesional, teman-teman yang menyenangkan, cantik, ganteng, pintar, lucu dan lain-lain. Juga tak kalah ibu kantinnya yang ramah, pokoknya tidak bisa diungkapkan lagi. Tapi kegalauan menghantui ku, bukan galau karena cinta sih, tapi karena pendidikan. Soalnya aku bingung banget mau melanjutkan sekolah kemana, sebenarnya ada 3 pilihan sekolah impian ku, pertama SMA GIBS tapi  disana biayanya begitu mahal, khayalan ku terlalu tinggi, tapi mumpung menghayal itu gratis, why not? Hehe. Yang kedua aku juga pengen bersekolah di SMK unggulan Husada jurusan Analis kesehatan. Orang tua ku menyetujui sih, cuman musibah itu datang di waktu yang bersamaan, sehingga biaya untuk aku sekolah di SMK Analis terpakai untuk bayar rumah sakit kakak ku yang barusan mengalami kecelakaan serius, beberapa minggu dirumah sakit. Aku pun ikut mengorbankan sekolah impian ku. Sedih sih tapi nggak sedih sedih banget mungkin bukan jalan ku. Nah yang terakhir ini juga impian ku sekolah di MAN Selat Kuala Kapuas, sekolah yang terkenal baik di Kalimantan Tengah , seperti yang ku dengar banyak siswa yang lulusan MAN menjadi orang orang sukses. Jadi dokter misalnya, jadi guru, bidan, polisi, dan menjadi orang yang berhasil, aku pun semakin termotivasi untuk sekolah di MAN, dilihat dari segi bangunannya pun gedung- gedung nya mewah dengan warna hijau muda, halamannya bersih, tanaman yang tertata rapi, pokoknya nggak kalah bagus dari sekolah yang lain. Dan aku juga mikir mau sekolah dimana aja takdir untuk sukses itu nggak harus sekolah jauh dan mahalkan, yang penting belajar sungguh- sungguh, usaha, kerja keras, niat dan tak lupa juga berdoa.


           
    Hari ini aku akan mengikuti tes lisan dan tes tertulis di MAN Selat, gugup sih cuman aku yakin pasti diterima menjadi siswa MAN. Pertama-tama aku memasuki sekolah MAN aku dan teman-teman mencoba menyusuri satu persatu sudut ruangan yang ada di MAN yang memang terlihat asing karena aku baru pertama kali kesini.

                                                                        ◊◊◊◊◊◊
 Dan hari ini hari yang menentukan bagi semua siswa yang telah mendaftar di MAN Selat Kuala Kapuas, terutama aku, pagi pagi sekali aku dan teman teman berangkat bersama sama kesekolah MAN Selat menggunakan sepeda dengan harapan lulus tes. Aku pun nggak sabar menunggu pengumuman. Alhasil setelah 3 jam menunggu kertas nama ditempel dipapan pengumuman, semua pada ramai dan ku coba lihat perlahan ternyata namaku ada disitu dengan kata kata LULUS. Aku resmi jadi siswa baru di MAN Selat, tapi masih ada satu syarat lagi sebagai pengesahan murid baru yaitu MOS (Masa Orientasi Sekolah).
    Seminggu setelah pengumuman MOS pun berlangsung tepatnya tanggal 7 Juli 2012. Pagi itu begitu cerah semua siswa baru pastinya deg deg’an menunggu acara orientasi dimulai,begitu pula aku. kami semua serempak menggunakan pakaian yang tidak wajar, yah begitulah tradisi MOS anak SMA/MA. Saat upacara pembukaan aku ditunjuk sebagai perwakilan siswa untuk menerima penyematan atribut sebagai pengesahan dari bapak kepala sekolah H.Zonnun. Almikhri,M.Pd.I. Waktu itu aku bersama temanku Muhammad Akbar teman sewaktu aku di MTsN dan sekarang dia teman sekelasku di XII IPA 1. Upacara pun berjalan dengan lancar, kini saatnya kegiatan MOS dimulai di awali dengan pekenalan kakak-kakak PanMOS ( panitia MOS) waktu itu aku kelompok 10 dengan nama samaran ucus, bindam kelompok ku kakak Eri Syahreza dan Giza Ramadhan, mereka kakak bindam yang baik dan bertanggung jawab. Selama 3 hari mereka selalu memberi semangat kepada kami. Hari pertama MOS itu rasanya sangat melelahkan, untunglah aku dan kelompok ku tidak pernah dihukum karena tidak pernah salah, tapi hari kedua aku datang terlambat, karena ditengah jalan balonku pecah dengan terpaksa aku meniupnya sehingga membuang waktu ku, perlahan aku menuju sekolah dengan perasaan gugup, eh didepan gerbang sekolah ternyata sudah ada kakak panmos yang siap menghukum siswa yang terlambat.
    Dan kebetulan hari itu banyak sekali yang datang terlambat, aku nggak jadi malu. Hehe, hukuman nya cuman mungutin sampah yang ada di sekitar sekolah. Ini pengalaman yang luar biasa, ternyata mos itu memang menyenangkan meskipun menguras energi, harus panas panasan, pakaian kaya orang gila, kalau salah dihukum. Pokok nya asyik lah.

    Dan hari ini hari terakhir mos, hari yang benar benar luar biasa, luar biasa capeknya, luar biasa panas nya. Waktu itu semua siswa baru disuruh kumpul di aula untuk memeriksa kelengkapan atribut. Tapi ada satu teman baik ku yang bisa dibilang sahabat nama nya Siti Anisah, salah satu atributnya hilang yaitu dot. Lalu Anisah ditanya dengan nada yang agak kasar, Anisah bingung padahal pagi tadi dot nya masih ada. Anisah dimarah marahin dan dibentak bentak hingga matanya mulai berkaca kaca dengan muka yang sedikit kesal, lalu semua siswa disuruh jujur, siapa yang ngambil dot kepunyaan Anisah, semua tidak ada yang ngaku, aku pun juga tidak ngerasa mengambil. Tapi semua kakak panmos tetap ngotot untuk meminta kami jujur dan ingin memeriksa tas kami masing masing, panitia pun menyebar memeriksa tas karung kami. Dan ditemukanlah dot Anisah di tas karung kepunyaan Rizaini Bayu Saputra. Sontak  Bayu kaget dan bingung padahal dia nggak ngerasa mengambil dot Anisah, telihat muka Bayu yang gugup, entah siapa yang benar dan salah kami tidak tau, aku pun berpikir, pastinya semua siswa bertanya tanya dalam hati, kenapa bisa jadi begini? Semua terlihat tegang, ketika melihat kakak -kakak panmos ribut, padahal kalau dipikir ini aneh. Ya, memang  aneh?? Ketegangan hampir setengah jam kami rasakan dengan tidak tega melihat Anisah dan Bayu berdiri di hadapan kami sambil di marah marahin, sedangkan kami enak duduk. Ingin rasa nya aku mencari keadilan untuk sahabatku Anisah dan Bayu, tapi…………………………………………….. tidak lama setelah itu terdengar nyanyian Happy Birthday to you..Happy Birthday to you dari semua kakak panitia. Wah . . . . . wah dan ternyata hari ini adalah hari ulang tahun nya Anisah dan Bayu. Semua langsung ketawa dan tidak menyangka kalau kejadian tadi cuma acting. Sebenarnya aku juga sudah curiga dari awal, tapi setelah melihat wajah wajah serius kakak panmos kecurigaan ku hilang. Hehehe …inilah kebersamaan hari terakhir kami mos. Terima kasih semua kakak panitia yang telah mengajari kami banyak hal khususnya buat kakak bindam terbaikku.


                                                             Libur telah berakhir

    Hari ini hari pertama aku masuk sekolah dengan seragam baru ku putih abu-abu. Aku duduk dikelas X4, kelas yang masih begitu asing juga teman-teman yang tidak banyak aku kenali. Dan kebetulan lagi aku sekelas sama Siti Anisah kami duduk satu meja, kicau kicauan kecil yang aku dengar dan senyum ramah yang aku lihat. Tiba tiba masuk lah seorang guru dengan perawakan sedikit gemuk dengan senyum nya. “Assalamualaikum” ucap beliau, “Walaikumsalam” jawab kami serentak. Beliau langsung memperkenalkan diri dengan sedikit candaan. Nama beliau ibu Nor Hasna SE, guru sosiologi sekaligus guru wali kelas kami.
 Seperti pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Dan hari itu juga kami saling berkenalan satu sama lain. Dan aku ditunjuk teman teman sebagai ketua kelas, sedikit lucu sih tapi aku mengiyakan permintaan mereka. Padahal dikelas ku ada banyak laki laki nya, tapi ngga ada yang mau jadi ketua kelas. Ya apa boleh buat, aku lah yang jadi ketua kelasnya. Seiring berjalan nya waktu yang awalnya tidak kenal menjadi kenal, yang awal nya bodo amat menjadi peduli. Kebersamaan mulai tercipta, kami semua seperti sudah menjadi satu keluarga. Ya keluarga besar X4, kami saling mendukung, saling berbagi, selalu kompak. Pokok nya kami semua SAHABAT.
    Tidak terasa kenaikan kelas telah tiba dan pasti nya ketika kelas XI nanti kami akan di acak, sesuai jurusan masing masing. Sedih itu pasti ada, tapi mau gimana lagi. Aku naik ke kelas XI IPA 3. Dengan teman teman yang sudah tidak asing lagi ku lihat namun tidak banyak ku kenal. Aku mulai beradaptasi lagi bersama mereka teman baru ku, membuka kertas putih memulai dari awal lagi.Ya teman teman XI IPA 3 dan X4 memang sama sama menyenangkan.
    Hingga tahun ke 3 di MAN, aku pindah kelas lagi, di XII IPA 1. Sedikit kesal karena dipisah dari 4 sahabat baik ku. Is oke, nggak papalah. Tapi di XII IPA 1 juga  nggak kalah menyenangkan. Malahan aku merasa anak XII IPA 1 lebih gokil, dan lebih banyak saingan. Oh ya, aku punya sahabat baru XII di IPA 1, nama nya Irma Melati, Nur Rizky Mujiastika, dan Siti Anisah. Tapi sahabat ku di IPA 3 masih ku ingat kok nggak bakal terlupakan.
    Setiap hari nya aku, Irma, Astika, dan anisah selalu sama sama, ke kantin, ke sudut sekolah, ke kantor, ke perpustakaan, pokok nya kemana pun salah satu di antara kita pergi, pasti semua nya ikut. Itulah yang membuat ku merasa masa sekolah masa yang paling indah.
  Setiap hari itu rasa nya cuma senang-senang. Walaupun kadang aku berantem, ada yang sirik sirikan sama teman yang lebih popular contoh nya aku (mau muntah sendiri) hahahaha
    Walaupun kadang selalu bikin pusing oleh guru yang kerjaan nya ngasih pr mulu tiap minggu, dan dengerin nasihat atau ceramah setiap pagi selasa, rabu, kamis, dan sabtu dari guru BP. Juga setiap hari jum’at ikut majlis ta’lim Kiffayatul Muftadi’in yang berseling seminggu sekali dengan sholawat burdah, apa lagi buat anak kelas XII , yang paling disuruh fokus belajar dan bla bla bla . . . . . Juga dengan segudang hapalan fiqih, Al Qur’an Hadist, Rumus rumus, kosakata Bahasa Arab, praktik  dan lain-lain. Tapi ternyata masa masa ini justru masa masa yang ngga bakalan pernah terulang lagi selain di sekolah, nggak kan ada lagi bel tanda masuk belajar, nggakan ada lagi tuh yang nama nya remedial  kalo ulangan jelek, nggak ada lagi upacara tiap senin hormat sama bendera, nggak ada lagi pemandangan anak anak kelas yang main futsal ditengah lapangan, ngk ada lagi ceramah/nasihat setiap pagi nya, nilai jelek ya kadang pasrah, telat datang kesekolah  ya dihukum sama kak bambang. Tapi untung nya aku baru sekali datang terlambat itu pun karena ban ku bocor. Hahaha
    Masa masa waktu sekolah memang begitu indah dari awal yang Cuma diem dieman karena nggak ada yang kenal, dan sebentar lagi pasti nangis bareng karena perpisahan. Banyak hal yang dikangenin dari masa masa sekolah, contoh nya ketika upacara bendera setiap hari senin, kisah kasih disekolah (tapi aku ngk punya kisah asrama,soalnya cowok cowok ngk berani sama aku, gw kan setengah laki setengah bini, hahaha), ngerjakan PR di kelas secara jama’ah (hahahaha), sesekali khilaf nyontek saat ulangan,  di hukum karena ini itu. Paling senang kalau pulang cepat, suasana kelas yang kayak pasar. Pokok nya semua tenang aku dan mereka hal yang paling di kangenin.
    Dan terkadang lagi paling males pas bangun pagi siap siap kesekolah apa lagi cuaca nya mendung, merasa bahagia kalo ada jam pelajaran kosong, wah se isi kelas bakal memanfaat kan nya untuk ngobrol ngobrol segala hal, ketawa ketiwi, ke kantin, ke perpus dan lain lain. Tapi rasa bahagia itu bisa berubah menjadi rasa duka kalau jam kosong ada guru yang menggantiin. Terus belajar nya Cuma kalo lagi mau ulangan, itu pun system kebut semalam. Bete sama teman teman yang pintar tapi pelit nggak mau ngasih contekkan.haha. Paling ngefans sama soal pilihan ganda, kalau udah mentok nggak tau jawaban tinggal jurus terakhir ngitung kancing hahaha..
 Kantin menjadi tempat paling popular saat jam istirahat.
Perpus ???
 Hedeh kayak nya tempat ini perlu dilengkapi dengan fasilitas karoke, ps2 biar menarik minat siswa untuk mengunjungi nya.
Dan lagi kalau bicara tentang sahabat dan cinta pada masa putih abu abu juga ngk kalah phenomenal.
Memang sih keberadaan sebuah cinta bukanlah satu satunya bagian yang paling membuat suasana sekolah menjadi indah, tapi keberadaan para sahabat juga merupakan salah satu bumbu kebahagiaan dalam menjalani hidup dan mungkin tidak akan pernah dapat dilupakan selama lamanya. Ya , mereka sosok sahabat terbaik yang pernah aku miliki sepanjang hidupku. Seorang sahabat yang mau berbagi bukan hanya saat sedang senang namun ketika aku sedang berada didasar keterpurukan  mereka selalu datang dan tersenyum sambil mengulurkan tangannya kepadaku agar aku bisa bangkit lagi dan sesekali menghapus air mata disaat aku sedang menangis.

SEMANIS PERMEN KARET


.



         Hari ini seperti biasa aku dan keluarga kecilku duduk diteras depan rumah, kami menceritakan hal apa yang terjadi hari ini kepada satu sama lain, terlebih lagi ka Reno dia selalu mencerita hal konyol yang membuat aku, ayah dan ibu tertawa. Disela pembicaraan kami, dari kejauhan  ada sesosok laki-laki kira-kira umurnya sedikit lebih tua dari ku dan mukanya sih agak tampan datang menghampiri kami, lebih tepatnya menghampiriku, dan dia terus berjalan mendekatiku semakin dekat dan semakin dekat dan sampai akhirnya dia memonyongkan mulutnya kearahku, sontak aku dan semuanya terkejut melihat kelakuan lelaki yang tidak tau sopan santun tersebut, dan dengan sigapnya  ayah langsung menegur perbuatannya “Hai mau apa kamu!” terdengar suara ayah dengan keras, dan laki-laki itu pun langsung lari sambil menutup telinganya dan berteriak-teriak tidak karuan sebelum melakukan hal yang membuat ku sok berat.
            “ kamu mengenalnya Ca?” Tanya ayah kepadaku
            “ tidak yah, aku saja baru sekali ini melihatnya” aku menjawab pertanyaan ayah dengan suara yang terbata-bata karena masih terlalu sok dengan apa yang baru saja terjadi kepadaku
            “terus siapa dia? Berani sekali malakukan hal yang tidak sopan seperti itu” kata ayah dengan sedikit marah
            “ sepertinya dia tidak seperti kita deh” sahut ka Reno
            “ maksudmu Reno?” Tanya ibu penasaran
            “ Iya, sepertinya dia sedikit idiot, mana mungkin orang waras melakukan hal seperti itu dan lihat saja dia juga tadi langsung lari kan setelah ayah tegur” Jelas ka Reno kepada kami
            “ ada benarnya juga” Ayah membenarkan
            “ ya sudahlah sebaiknya kita masuk kerumah sudah terlalu sore, ayo Reno, Marsya masuk rumah dan lekas untuk mandi” suruh Ibu
            “ iya bu” sahut aku dan ka Reno
            Kami pun masuk kerumah dan melaksanakan perintah Ibu. Keesokan harinya aku menceritakan hal tersebut kepada teman ku Citra disekolah, bukannya kasihan ehh aku malah ditertawakannya karna mau dicium sama orang idiot.
            “hahaha bener-bener lucu cerita kamu kali ini Ca” ejek Citra
            “ apaan sih kamu Cit malah ketawa-ketawa kayak gitu, bukannya kasihan sama temennya nih malah diledekin” sahutku sambil cemberut
            “ Eh jangan marah gitu dong, aku kan cuman becandaan ca gak serius kok” bujuk Citra
            “bencadaannya gak lucu Cit” tambahku
            “ aduhhh jangan ngambekan kayak gini dong, gak apa-apa lah katanya kan yang mau cium lumayan  ganteng, kapan-kapan lagi dicium orang ganteng” ledek Citra lagi
            “Citraaaaaaa!!!” Teriak ku malu
            Saat itu pula bel sekolah berbunyi  tanda jam pelajaran dimulai, kami pun menghentikan pembicaraan kami dan masuk kedalam kelas. Di dalam kelaspun saat jam pelajaran masih sempat-sempatnya Citra ngeledikin aku, nyesel aku ceritakan kejadian kemaren ke citra. Citra adalah teman ku sejak dari SMP sampai SMA kelas 3 seperti sekarang walau orangnya jail dan usil tapi sebenarnya citra orangnya baik dan selalu mau dengeri curhatanku selama ini.
            Keesokan harinya pada saat sore hari laki-laki itu pun lewat depan rumahku lagi, ku dengar dari gosip tetangga bahwa dia adalah tetangga baru di gang sebelah, ayahnya seorang letjend yang sedang menjalankan dinas disini, setelah ku perhatikan ternyata dia selalu lewat depan rumahku hanya untuk sholat asar berjamaah dimasjid dekat rumahku. Hal yang tidak pernah ku pikirkan sebelumnya seorang anak yang mempunyai kekurangan mental seperti itu ternyata masih selalu ingat untuk sholat berjamaah dimasjid, subhanAllah sekali bukan?
            Setelah beberapa hari ku perhatikan laki-laki itu, aku merasa iba melihatnya, bagaimana aku tidak merasa iba, setiap kali dia pulang dari masjid dia selalu diganggu dan dihina oleh anak-anak yang lain dan Ibu-ibu mereka bukannya melarang perbuatan anaknya ini malah membiarkan dan ada pula yang menarik anaknya dan sambil berkata “kamu jangan dekat-dekat dengan dia, mau kamu jadi idiot seperti dia?” hal yang menyakitkan hati bukan?  Laki-laki itu seolah seseorang yang mempunyai penyakit menular  yang mematikan, yang siapa saja jika mendeketinya akan tertular dengan mudahnya. Bodoh menurutku jika orang menilai dia seperti itu, seperti sampah masyrakat yang harus dibasmi keberadaannya. Dan hal inilah yang membuatku ingin berteman dengannya dan paling tidak bisa menjauhkannya dari hinaan orang-orang terhadapnya.
            Hari berikutnya pun aku memberanikan diri untuk mencoba menjadi temannya, walau dengan perasaan gugup bercampur cemas karena masih teringat kejadian saat pertama kali aku bertemu dengannya tapi aku tetap membulatkan tekatku. Sore itu aku duduk diteras rumah menunggu laki-laki itu lewat depan rumahku lagi, tak selang berapa lama pun dari kejauhan orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, dag dig dug terdengar bunyi detak jantungku, aku mulai mengatur nafasku supaya tidak terlalu gugup, laki-laki itu lewat tepat didepanku dengan kepala yang menunduk, tangan yang  jari-jarinya digigitinya sepanjang jalan, aku mencoba menegurnya “Hai” sapaku kepadanya tapi tidak ada jawaban dan respon sama sekali, dia masih saja berjalan melewatiku, aku tidak menyerah ku sapa dia untuk kedua kalinya “Hai, kamu mau permen?” ku ulurkan tanganku dengan setoples permen yang aku bawa dari rumah, kali ini aku berhasil! dia mau menghentikan langkahnya dan mulai berbalik kearahku, rasa gugup itupun seketika datang kembali, gugup kalau saja dia melakukan hal yang tak sopan itu lagi tapi aku langsung menepisnya dan berusaha memberikan senyuman manis kedepanya tanda aku benar-benar ingin berteman dengannya, dia melangkahkan kakinya kearahku ketika sudah tepat didepanku dia menganggukan kepalanya, ku ambilkan beberapa permen dari toples untuknya, “ulurkan tanganmu” pintaku, dia pun langsung mengulurkan tanganya, akupun meletakkan beberapa permen itu ditelapak tangannya, dan dia pun langsung ingin membuka bungkus permen tersebut, “Kenalkan namaku Marsya bisa dipanggil ica, siapa namamu?” aku pun langsung memperkenalkan diriku sekaligus menanyakan namanya, tapi dia sama sekali tak menjawab dia hanya sibuk untuk membuka bungkus permen yang tadi aku beri, “sini aku bantu buka kan permennya” tawarku sambil tersenyum kearahnya, dia pun langsung memberikan permen yang ingin sekali dia makan dari tadi, aku langsung mengambil dan membukakan permen tersebut, “Chiko” terdengar suara dari mulut laki-laki yang sedang berdiri didepanku tersebut, “oh,Chiko ya namamu, ini permennya sudah aku bukakan Chiko” ku kembalikan permen tersebut ketangan Chiko, tanpa berlama-lama lagi Chiko  pun langsung melahap permen tersebut, “Kita berteman ya? Nanti aku bawakan makanan terus kalau kamu lewat sini” ku coba mendekatinya perlahan-lahan, seperti anak kecil memang tapi mungkin ini adalah cara satu-satunya untuk bisa mendekati Chiko.
            Malamnya ketika makan malam dirumah suasana  jadi aneh, dimeja makan semuanya menatap sinis kepadaku, aku bingung sendiri seperti seseorang yang melakukan kejahatan yang amat berat dan harus dihukum mati.
            “Marsya” Ayah membuka pebicaraan
            “iya yah, ada apa?” jawabku
            “apa yang kamu lakukan tadi sore?” Tanya ayah
            “Marsya duduk diteras rumah seperti biasa yah, memangnya ada apa?” sahutku
            “Lalu untuk apa kamu berbicara dan memberikan permen kepada anak idiot itu?”
            Aku terdiam, Ternyata ayah melihat apa yang aku lakukan tadi sore dan sepertinya ayah tidak suka dengan apa yang aku lakukan.
            “Marsya jawab Ayah!” Bentak ayah
            “Marsya cuman mau berteman aja kok yah” Jawabku
            “Berteman? Untuk apa kamu berteman orang seperti itu? Kamu lupa apa yang dia lakukan sebelumnya kepadamu? Ayah tidak suka kamu berteman dengan dia”  sambung Ayah dengan nada yang sedikit marah.
            “Memangnya kenapa kalo Marsya berteman dengannya? Apa karena dia idiot? Terus kenapa kalau dia Idiot? Buktinya marsa tidak kenapa-kenapa, coba ayah bayangkan jika hal itu terjadi kepada Marsya, Marsya selalu diganggu dan dihina oleh orang-orang tanpa marsa mengganggu mereka, bagaimana perasaan ayah melihat anaknya seperti itu? Tidak ada yang mau berteman dengan Marsya, maka dari itu Marsya ingin berteman dengannya paling tidak membuatnya nyaman tinggal disini.
            Ayah terdiam sejenak mungkin sedang memikirkan perkataanku tadi, malam ini pertama kalinya aku dan ayah berdebat seperti ini, aku sadar mungkin aku kurang sopan dan terlalu berani menjawab pertanyaan ayah tadi seperti itu, tapi itulah yang sebenarnya, ayah harus tahu bahwa yang aku lakukan adalah hal yang benar dan tidak mungkin aku harus berbohong.
            “Baiklah Ayah mengerti, kamu boleh berteman dengannya”  ayah membuat keputusan yang mengagetkanku, ku kira Ayah akan masih tetap kekeh dengan perkataannya tadi.
            “Ayah serius? Terima kasih yah” Aku sangat gembira dan langsung mendekati ayah dan memeluknya.
            “Iya ayah serius, tapi kamu harus janji untuk bisa menjaga diri kamu ketika berteman dengannya” sahut Ayah sambil memelukku balik
            “iya yah pasti, Marsya janji” kataku dengan mengacungkan jari kelingking
            Setelah kejadian malam itu aku jadi makin bersemangat untuk berteman dengan Chiko, setiap sorepun Chiko slalu mampir sebentar didepan rumahku hanya untuk memakan permen atau makanan kecil lainnya yang aku bawa dari rumah, walau jarang ada pembicaraan antara kami tapi aku senang bisa berteman dengannya, dan jika ada yang menghina atau menggangu Chiko aku langsung menarik Chiko agar tidak mendengarkan celotehan orang-orang yang tidak mempunyai hati seperti itu.
            Sore ini aku seperti biasa menunggu Chiko  lewat depan rumahku lagi, lama sudah aku menunggu tapi Chiko tidak terlihat batang hidungnya, “Tumben, biasanya jam segini dia sudah lewat” gumamku, aku menengok kekiri dan kekanan dan sama sekali tidak ada tanda-tanda Chiko, sudah sejam aku menunggu tapi orang yang ditunggu tidak datang-datang juga, “Marsya, sudah sore ayo cepat masuk dan lekas mandi!” Teriak Ibu dari dalam rumah, “iya bu” sahutku, aku pun langsung masuk kedalam rumah dipikiranku masih bertanya-tanya kenapa hari ini Chiko tidak lewat depan rumahku.
            Keesokannya pun aku menunggu Chiko lagi, tapi kali ini kelihatannya Chiko tidak lewat lagi karena seharusnya Chiko sudah lewat 10 menit yang lalu, aku bingung pikiran ku mulai bertanya-tanya lagi, apa dia sakit? Atau dia tidak mau berteman lagi denganku? Pertanyaan itu yang sedang berada dipikiranku sekarang, “kayaknya aku harus kerumahnya deh untuk memastikan dan menjawab semua pertanyaan yang ada diotakku ini”gumamku, aku pun memberanikan diri berjalan kerumah Chiko. Setibanya disana tanpa pikir panjang lagi aku langsung mengetuk pintu rumahnya,
            ”Assalamualaikum”  teriakku pelan
            “Wa’alaikum salam” ada sahutan dari dalam rumah
            Pintu pun dibukakan, Terlihat seorang wanita yang sedang membukakan pintu untukku, aku mengira bahwa perempuan ini adalah ibunya Chiko.
            “Iya, ada apa?” Tanya wanita itu
            “Chikonya ada bu?” jawabku sambil tersenyum
            “Oh teman Chiko ya? Pasti kamu yang namanya Marsya kan? Ayo silahkan masuk” Ibu Chiko mempersilahkanku masuk
            “oh iya, Terimakasih” kataku sambil masuk kedalam rumah
            “Silahkan duduk”
            “iya bu sekali lagi terimakasih, tapi tadi Ibu tau namaku dari mana ya?” Tanyaku bingung
            “Oh, itu Chiko yang cerita katanya kamu sering memberinya permen” Jawab ibunya Chiko sambil tersenyum kearahku
            “ Lalu Chiko nya mana?” Tanyaku lagi
            “Ada dikamarnya, mungkin dia tertidur setelah berterik minta bukakan pintu kamarnya” jelas Ibunya Chiko
            “Maksudnya Chiko dikurung didalam kamar?”
            “Iya, Bapaknya yang mengurungnya, sebenarnya Ibu tidak tega melihatnya tapi harus bagaimana lagi Ibu tidak bisa menentang perintah” jawab Ibu Chiko dengan nada yang agak sedih
            “Kenapa bisa begitu bu? Kenapa Chiko harus dikurung didalam kamar?” Tanyaku lagi
            “Bapaknya Chiko sudah terlalu lelah melihat anaknya selalu dihina oleh para tetangga, makanya Chiko tidak diperbolehkan lagi keluar rumah, Chiko dikurung dikamar karena Chiko melawan dan tidak mau menurut untuk tetap diam didalam rumah” jelas Ibu Chiko kepadaku
            “BUKA PINTUNYA !!!!”
            Terdengar terikan dari salah satu kamar.
            “Itu Chiko bu?” tanyaku
            “iya, seperti itu lah dari tadi dia berteriak-teriak meminta bukakan pintu kamarnya” sahut Ibu Chiko
            “Kenapa tidak dibukakan saja bu? Aku tidak tega mendengarnya” pintaku
            “Tapi nanti bapaknya marah” jawab Ibu Chiko
            “Ayolah bu, Kasihan Chiko dia juga ingin merasakan suasana diluar tidak mungkin jugakan dia harus berada dirumah terus, aku janji akan menemani Chiko dan aku janji tidak akan ada yang berani menghina Chiko lagi” pintaku lagi
            “Baiklah pintunya Ibu buka, tapi kamu janji ya”
            “Iya aku janji”
            Pintu kamar Chiko pun dibuka, Chiko langsung bergegas keluar sambil berkata “Makan permen kerumah Marsya”, Aku tersenyum dan memanggilnya “Chiko, Marsya disini” Chiko berbalik badan dan melangkahkan kakinya kearah ku “permen” kata Chiko, “Chiko mau permen? Tapi Marsya sekarang tidak membawa permen, bagaimana kalau kita ketaman nanti Marsya belikan permen deh” Rayuku, Chiko mengangguk tanda setuju, akupun meminta izin kepada Ibu Chiko untuk membawa Chiko ketaman depan komplek dan Ibu Chiko mengizinkan.
            Sesampainya ditaman aku menyuruh Chiko untuk duduk dan menungguku membelikannya permen, Setelah selesai aku langsung menyusul Chiko, ku berikan padanya permen kapas,”apa ini” kata Chiko “ini sama seperti permen Chiko, rasanya manis” jawabku dan dengan lahapnya dia langsung memakannya, “besok Chiko lewat depan rumah Marsya kan, nanti Marsya bawakan permen kesukaanya Chiko”kataku, Chiko pun mengangguk.
            Keesokanya aku sepeti biasa menunggu Chiko lewat depan rumah, sudah ku siapkan setoples permen kesukaannya, tapi entah kenapa lagi-lagi Chiko tidak datang “mungkin sebentar lagi” gumamku, tapi sudah satu jam aku menunggu Chiko tidak datang-datang juga. Aku pun mengira bahwa Chiko dikurung ayahnya dikamar lagi. Aku bergegas bejalan menuju rumah Chiko, setelah sampai  suasana disana terlihat hening, “Assalamualaikum” Teriakku pelan tapi tidak ada jawaban “Chiko” Teriakku lagi sambil mengetuk pintu rumahnya, tapi sama sekali tidak ada jawaban
            “Orang  rumahnya sudah pindah,de” Salah seorang tetangga menegurku
            “Pindah? Kapan? Kemana?” tanyaku tak percaya
            “Tadi pagi, gak tau tuh pindahnya kemana” jawab tetangga tersebut
            Pindah? Aku benar-benar tak percaya, baru semalam aku bermain bersama Chiko tapi sekarang dia sudah pergi meninggalkan ku,kenapa dia tidak pamitan dulu kepadaku, apa mungkin ini karena salahku semalam mengajak Chiko keluar rumah dan akhirnya ayahnya marah, kalau itu benar aku sangat menyesal.
            Hari-hari pun ku lalui seperti biasa tanpa adanya Chiko, sekarang setiap sore aku tidak pernah lagi duduk diteras depan rumah, ku sibukkan diriku untuk belajar menghadapi UN karena aku sudah kelas 3 SMA, Dan Alhamdulillah setelah melalui ujian tersebut aku Lulus dengan nilai yang terbaik.
            Sekarang aku adalah seorang mahasiswi, aku memilih Universtas dikota sini saja karena aku tidak ingin meninggalkan kedua orangtua dan kakaku.  Dua tahun pun berlalu, aku duduk di taman kampus sendirian sembari menatap layar laptopku, tiba-tiba saja sebuah permen kapas berada dihadapanku, aku menatap dari tangannya yang menggenggam permen kapas itu, meniti setiap jengkal tangannya sampai ke wajahnya yang membuatku terpana, “apakah ia orang yang sama?” batinku.
            “Apa kabar,Ca? Lama gak ketemu,” suaranya seperti tak asing bagiku,
            “ Kamu siapa?”
            Aku menatapnya heran, dia tersenyum cukup tampan bagiku, tapi dia siapa? Di tengah siang bolong menyapaku dengan sebuah permen kapas,tunggu sebentar… permen kapas? Jangan-jangan dia.
            “Aku Chiko” ucapnya singkat,
            Aku melongo tak percaya, itu benar dia. Wajahnya tak jauh berbeda dari sebelumnya, hanya saja dia terlihat lebih normal sekarang. Bagaimana mungkin dia berubah dalam waktu dua tahun ini?.
            “Boleh duduk?” ucapnya lembut,
            “Tentu,” ucapku singkat,
            “Kamu belum jawab pertanyaanku tadi,” ucapnya,
            “Yang mana?”
            “Apa kabar? Lama gak ketemu,Kamu udah punya pacar belum?” ucap Chiko,
Aku mengangguk,
            “Ohh… yang itu, aku baik kok. Tapi yang terakhir kayanya bukan pertanyaan kamu tadi,deh!” aku tertawa pelan,
            “Ya… itu pertanyaan aku sekarang,” ucapnya, membuatku pipiku bersemu merah,
            “Belum punya, Kenapa mau daftar?” ucapku bercanda,
            “Kalau boleh,”
Dia tertawa kencang, aku pun juga ikut tertawa bersamanya.
            Kami saling diam sejenak, suasana hening seketika. Terbesit dalam pikiranku pertanyaan yang selama ini ingin aku utarakan padanya.
            “Kemana saja kamu selama ini?”
            “ Aku pergi ke Singapore untuk menjalani terapi, ayahku mengatakan bahwa dia memiliki seorang sahabat yang mampu membantuku kembali normal ditambah lagi dinas ayah yang sudah berakhir di sini, sehingga membuat ayah harus di pindahkan ke kota lain.”
            “Jadi, sekarang kau benar-benar normal?” aku menatapnya dengan tatapan heran,
            “Bisa dibilang begitu,”
            “Syukurlah,” ucapku singkat,
            “Hanya syukurlah? Kamu tidak senang? Kalau begitu aku kembali idiot saja,”
            “Jangan…jangan, aku senang kok!”
            “Hehe… kamu masih tinggal ditempat yang kemaren?”
            “Iya masih kok, masih ingatkan tempatnya dimana? Kapan-kapan mampir ya, nanti aku siapin permen yang banyak,”
            “iya nanti aku mampir, janji ya permennya harus banyak!”
            Kami pun berbincang panjang lebar, menceritakan pengalaman kami selama dua tahun tak bertemu, hidup Chiko yang telah normal tidak membuatnya berubah sedikit pun, kesukaannya masih tetap permen dan yang membuatku sangat bahagia ialah alasannya untuk menjadi normal karena aku, walau aku tidak meminta sedikit pun padanya untuk menjadi normal. Kabar gembira untukku Chiko akan menetap disini dan kuliah disini bersamaku, kami menjalani hari-hari seperti dulu mengganti dua tahun kesempatan kami yang telah terbuang sia-sia menjadi seorang yang lebih berarti untuk pribadi kami masing-masing.
            Kadang kita tidak tahu bagaimana Tuhan memberikan sebuah rencana untuk kita, sebuah kejutan kecil bagi hidupku, seorang yang tak terduga muncul didalamnya memberikanku arti dari sebuah kehidupan yang lain, dari kehidupanku yang biasanya tampak datar dan membosankan kini jauh lebih berwarna dan semanis permen kapas yang selalu membawa kebahagiaan.


-THE END-