Archive for 2014

PELANGI SAHABAT


.

                                                                    
Namaku Andien Fitria Azzahra, orang-orang biasa memanggilku Andien, usiaku 16 tahun, dan aku merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. Aku mempunyai kakak perempuan yang bernama Afifa Fitria Zahrani, biasa di panggil Rani. Usiaku dengannya hanya terpaut 5 tahun, dia merupakan kakak yang baik, sikapnya yang lemah lembut, tutur katanya yang santun membuatku sangat mengaguminya, dan dia juga merupakan wanita yang shaleha dan rajin beribadah. Dalam kesehariannya dia biasa menggunakan jilbab, sangat berbeda denganku yang biasa mengenakan kaos t-shirt lengan pendek dan celana jeans pendek selutut. 
Dua tahun yang lalu, dia pergi ke Mesir untuk melanjutkan kuliahnya disana. Sepeninggalannya aku merasa kesepian, tidak ada lagi tempat aku bercerita dan mencurahkan keluh-kesahku. Jika sedang merasa kesepian, aku pasti pergi ke tepi danau di dekat rumahku, disana aku merasakan suasana yang tentram dan damai sekali, ini merupakan tempat favoritku semenjak kakak pergi. Karena zodiakku pisces yang melambangkan ikan, jadi aku sangat menyukai tempat seperti laut, danau atau sungai. Aku pernah memiliki keinginan jika aku lulus sekolah nanti, aku ingin sekali melanjutkan kuliahku di Paris, melihat kemegahan kotanya, dengan menara Eiffel yang menjulang tinggi, dan keindahan sungai Seine tentunya, menyusuri sungai itu menaiki perahu berdua dengan pasanganku, oh so sweet hehe. Berbeda dengan kakak ku yang memilih melanjutkan kuliahnya di Universitas Kairo, Mesir. Karena dia ingin lebih dalam lagi mempelajari ilmu tentang agama.

Sore itu hujan turun dengan derasnya, tidak ada yang bisa dilakukan jika hujan turun, aku hanya bisa berdiam diri di dalam rumah sambil mengamati rintik hujan dari jendela kamarku. Aku merasa rindu sekali pada kakak ku, biasanya jika hujan turun ia suka mengajarkanku mengaji, yang sekarang kebiasaan itu sudah mulai aku tinggalkan. Ku lihat ke arah langit, hujan tak juga reda. Aku sangat berharap akan ada pelangi muncul setelah hujan nanti. Keindahan warnanya mampu memanjakan mataku, tak mampu ku berpaling dari pancaran warna pelangi yang tergores indah di langit, betapa indahnya ciptaan Tuhan. Entah darimana awalnya kekagumanku terhadap pelangi, yang pasti aku sangat menyukainya. Aku juga mendekorasi kamarku dengan membuat gambar pelangi lengkap dengan awan di langit-langit kamarku, sehingga aku dapat melihat pelangi setiap hari. Ketika ku termenung, ketika aku susah tidur, aku selalu menatap pelangi di langit-langit kamarku, warna-warninya yang indah mampu menenangkan hati dan fikiranku.

Hujan pun reda, aku memutuskan untuk keluar rumah dan pergi ke sebuah taman tepi danau dekat rumahku, berharap akan ada pelangi muncul sore itu. Ku ambil jaket biruku dan ku kenakan untuk menghangatkan tubuh. Aku bergegas keluar kamar, ketika hendak menutup pintu kamar, ada suara seseorang yang mengejutkanku. "Mau kemana Ndien hujan-hujan begini?" kata Ibuku yang sedang duduk bersama Ayahku di ruang keluarga. "Mau ke taman, ma. Hujannya udah reda ko'. Aku suntuk seharian di kamar, bolehkan ma?" rayu ku kepada Ibu. "Ya sudah, tapi jangan terlalu malam pulangnya, sebelum maghrib kamu harus sudah pulang." kata Ayahku tegas. "Siap bos!" jawabku sambil hormat lalu melangkah pergi keluar rumah. Belum sempat aku melangkah Ibuku berkata "Wa'alaikumsalam", "Hehe lupa. Assalamu'alaikum, Andien main dulu ya." kataku sedikit malu sambil tersenyum kecil lalu bergegas pergi.

Sesampainya di taman, aku duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung ke arah danau. Ku lihat kabut-kabut masih menyelimuti danau itu. Ku pejamkan mata, ku rentangkan kedua tanganku, dan ku hirup dalam-dalam udara di sekitar, aromanya yang khas, di lengkapi dengan semilir angin sejuk sepoy-sepoy, terdengar pula nyanyian alam yang sangat merdu, menambah sempurna suasana sore itu. Membuat hatiku tenang dan damai. Ketika ku buka mata, ku lihat sosok seorang perempuan berjilbab di tepi danau, 'sedang apa dia di sana?' tanyaku dalam hati. Terus ku perhatikan sosok itu, namun sulit untukku melihat wajahnya karena posisinya membelakangiku. Seketika, aku teringat akan kakak ku. Tidak lama kemudian perempuan itu membalikkan badannya, ia pun berjalan mendekat ke arahku. "Hai, sejuk sekali udara sore ini ya." sapa perempuan itu kepadaku sambil tersenyum. "Hai juga. Hmmm iya," jawabku dan membalas senyumannya. Wajahnya putih bersih, auranya begitu terpancar dari wajahnya yang terbalut jilbab berwarna hijau muda yang sangat menyatu dengan alam di sekitar danau, senyumnya manis, semakin mengingatkanku pada kakak ku. Dia pun mengulurkan tangannya padaku, mengajakku berkenalan "Kenalin, namaku Aura, kamu siapa?" Aku pun menerima uluran tangannya "Aku Andien. Kayaknya aku belum pernah lihat kamu sebelumnya, kamu baru pindah ya?" tanyaku merasa begitu asing dengan perempuan itu, lalu melepaskan uluran tangannya. "Iya aku baru pindah dua hari yang lalu, kamu sering kesini ya?" tanyanya balik kepadaku. Pantas saja aku merasa belum pernah melihat dia sebelumnya, ternyata dia baru pindah ke komplek ini. "Iya, pertama aku tinggal disini, dan aku melihat danau ini, aku langsung suka. Ini jadi tempat favoritku, hampir setiap hari aku kesini. Dulu aku sering kesini dengan kakak ku, tapi karena kakak ku pergi kuliah ke luar negeri, jadi aku sering sendirian kesini," jelasku. "Oh gitu, aku juga suka sama tempat ini. Oh ya, kamu tinggal di blok apa? Siapa tahu kapan-kapan aku bisa main kesana." tanya perempuan itu yang ternyata bernama Aura. "Aku tinggal di blok F nomor 3A, kalo kamu?" tanyaku lagi. "Aku di blok B nomor 6D" jawabnya. "Oh, ya udah aku pulang dulu ya, soalnya udah mau maghrib. Senang bisa kenalan sama kamu, kapan-kapan kamu main ke rumahku ya, assalamu'alaikum." kataku sambil melambaikan tangan padanya, "Iya wa'alaikumsalam, kamu juga main ke rumahku ya," jawabnya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya juga. Aku pun mengacungkan jempolku lalu beranjak pergi meninggalkan Aura.

Setelah perkenalan sore itu, aku dan Aura semakin akrab, dan ternyata dia juga satu sekolah denganku, bahkan satu kelas. Kita pun bersahabat baik, kemana-mana kita selalu bersama. Menurutku Aura seperti jelmaan kakak ku, dia sahabat yang baik, dia gadis yang shaleha sikapnya juga sedikit lebih dewasa dariku, dia seperti kakak ku, dia juga rajin beribadah, imannya sangat kuat sekali. Kadang aku suka merasa malu pada dirinya, imanku yang begitu lemah, shalat pun sering aku tinggalkan, mengaji apa lagi, untuk menutup aurat ku pun, aku masih merasa ragu. Malam itu, aku pergi ke rumah Aura untuk mengerjakan tugas Bahasa Inggris bersama. Sesampainnya di rumah Aura, ku ketuk pintu yang terbuat dari kayu jati itu, "Assalamu'alaikum, Aura." kataku sambil memanggil Aura. Samar-samar ku dengar suara orang mengaji, suaranya sangat merdu, dan mampu menenangkan jiwa. 'Itu seperti suara Aura' kataku dalam hati. Tiba-tiba pintu terbuka, Ibu Aura menyambutku dengan hangat, "Wa'alaikumsalam. Eh, ada Andien, silahkan masuk," ajak Ibunya mempersilahkan ku masuk. Aku pun masuk mengikuti Ibunya, "Iya tante. Auranya mana ya?" tanyaku. "Oh, Auranya sedang mengaji. Kamu tunggu disini sebentar ya tante panggilkan Auranya dulu." Aku pun duduk disofa ruang tamu, terlihat beberapa lukisan kaligrafi berukuran sedang bertuliskan lafadz Allah terpajang di dinding sebelah kanan dan lafadz Muhammad di sebelah kiri. Ada pula lukisan Ka'bah berukuran lumayan besar di letakkan di tengah-tengah antara lukisan yang berukuran sedang. Di sudut ruangan terdapat sebuah meja kecil dengan lampu duduk di atasnya, dan bingkai foto Aura dan orangtuanya. 
Tidak lama kemudian Aura pun datang, "Maaf lama menunggu. Tadi aku menyempatkan diri untuk mengaji dulu sebentar, kamu mau minum apa?","Iya nggak apa-apa ko', lagian aku juga baru datang. Emm, apa aja deh terserah kamu." jawabku. "Ya udah, kita belajarnya di kamar aku aja yuk." ajak Aura lalu ia mengantarkanku ke kamarnya, aku pun mengikutinya. "Silahkan masuk, kamu tunggu disini sebentar ya, aku ambilkan minum dulu." Aura pun meninggalkan ku, dan pergi ke dapur untuk mengambil minum. Kamarnya tampak rapi sekali, dindingnya di cat berwarna pink, dengan langit-langit berwarna biru muda. Di sudut sebelah kanan terdapat jendela yang di tutup dengan gorden berwarna biru tua bermotif bunga. Jendela itu berdekatan dengan meja belajar, ku lihat tumpukan buku pelajaran dan beberapa buku gambar berukuran A3, sebuah Al-Qur'an yang memiliki sampul berwarna kuning keemasan, serta lampu belajar dan tempat alat tulis. Di samping meja belajar ada tumpukan kain kanvas untuk melukis beserta alat-alat lukis lainnya. Ku melihat ke sekeliling kamar, terdapat pula lukisan pegunungan yang nampak asri dan nyata terpajang di dinding sebelah kiri. Aku terpesona melihat lukisan itu, tiba-tiba aku di kagetkan oleh Aura yang masuk ke kamar sambil membawa dua gelas minuman dan sebuah toples camilan. "Eh, Aura. Kamu bikin aku kaget aja." kataku sambil mengelus dada. "Hehe maaf, lagian kamu bengong, ngeliatin apaan sih sampe serius gitu," kata Aura sambil meletakkan nampan yang di bawanya di atas karpet. "Iya, aku ngeliatin lukisan, bagus banget. Itu kamu yang melukisnya?","Oh, iya. Aku melukisnya sendiri waktu kami masih tinggal di desa." jelasnya. Aku pun mengangguk pelan "Ya udah kita mulai belajarnya yuk!" ajak ku. Kami pun belajar dengan serius, Aura juga anak yang pintar, tidak pelit untuk berbagi ilmu dengan siapa saja. "Oh ya, Ra. Yang di ruang tamu itu lukisanmu juga?" tanyaku. "Iya, Ndien. Itu aku lukis satu tahun yang lalu, aku ingin sekali bisa pergi ke Mekkah bersama kedua orang tuaku." kata Aura bercerita. "Wah, kamu hebat banget ya. Ternyata kamu itu punya bakat ngelukis juga. Aku salut sama kamu. Mudah-mudahan impian kamu bisa tercapai ya, Ra." kata ku kagum. "Amin, Ya Allah." kata Aura mengamini do'aku. Karena malam sudah semakin larut, aku pun pamit untuk pulang, "Udah malem Ra, aku pamit pulang dulu ya.","Oh ya udah, makasih ya udah mau datang," kata Aura, "Iya sama-sama. Sampai ketemu besok di sekolah ya, assalamu'alaikum." kataku sambil beranjak pergi. "Oke, wa'alaikumsalam." jawab Aura.

Pagi hari yang cerah, Ayah dan Ibuku sudah siap di ruang makan untuk sarapan bersama. Aku mengenakan seragam putih abu-abu ku seperti biasa, "Pagi semua, kita sarapan apa nih sekarang?" kata ku sambil memperhatikan sarapan yang ada di atas meja makan. "Pagi juga sayang, mama udah siapin nasi goreng tuh, cepetan sarapan nanti keburu siang." kata Ibuku sambil menuangkan air putih kedalam gelas ku. "Makasih, Ma. Aku jadi inget sama kak Rani kalo sarapan nasi goreng, dia kan suka banget sama nasi goreng buatan mama." kata ku sedih. "Iya Ndien, kita semua juga kangen sama kakak kamu. Mudah-mudahan dia baik-baik aja ya disana." kata Ibuku berharap. Selesai sarapan aku pun bergegas berangkat ke sekolah bersama Ayahku, "Tunggu dulu Ndien. Mama kemarin membuat cup cake resep terbaru, kebetulan bikinnya lumayan banyak, kamu bawa ini ya buat Aura." Ibuku memberikan kotak makan berisi kue dan langsung aku masukkan ke dalam tas ku. "Oke ma, aku berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum." aku pun berpamitan dan mencium tangan Ibuku. "Wa'alaikumsalam, hati-hati ya." kata Ibuku. 
Di sekolah guru Bahasa Inggris kami berhalangan hadir, sehingga diisi dengan pelajaran Bahasa Indonesia. "Pagi anak-anak," sapa Bu Dita guru Bahasa Indonesia, "Pagi Bu." jawab murid-murid serempak. "Berhubung Pak Hendra berhalangan hadir hari ini, jadi pelajaran Bahasa Inggrinya Ibu ganti dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Hari ini pelajaran Bahasa Indonesia menjadi empat jam pelajaran." kata Bu Dita. "Huuuuuuu," murid-murid pun bersorak tidak senang. "Jangan berisik, sekarang Ibu kasih tugas untuk kalian semua, membuat puisi bebas, harus selesai hari ini juga, ini untuk tambahan nilai kalian, Ibu kasih waktu dua jam. Setelah istirahat, nanti Ibu minta satu per satu dari kalian membacakannya di depan kelas, kalian paham?" kata Bu Dita tegas. "Paham Bu." jawab murid-murid memasang tampang kecewa dengan tugas yang disuruh Bu Dita. Akhirnya dengan sedikit bermalas-malasan semua murid mengerjakannya.


.

Putih abu-abu adalah Masa dimana banyak canda tawa,cinta,persahabatan,kekeluargaan, suka, duka, sampe di bully juga ada. Kasian bener ya.
Dibalik semua hal yang pernah lo lakuin semasa SMA, lo pasti bakalan kangen sama hal-hal yang gue sebutit dibawah ini :

1. Bangun Pagi

Bangun pagi buta udah pasti jadi rutinitas lo semasa SMA kan? Mau ga mau lo harus bangun pagi atau telat jadi pilihan. Tapi kayaknya bangun pagi ini udah ga jadi rutinitas lo lagi setelah lulus dari SMA. Kalo kuliah, ga akan sepagi sekolah setau gue, bisa milih jam juga kan. Kalo kerja? Ya bangun pagi sih, tapi ga sepagi sekolah. Palingan jam 8 lo baru kerja, Sekolah? Jam 7 teng udah di sekolah bro. Sadis.
2. Kantin

Percaya atau tidak, kantin jadi salah satu pahlawan tanpa tanda jasa di sekolah lo. Para penjual di kantin ga perlu dikasih tanda jasa, cukup uang lo aja yang dikasih mereka udah seneng. Kenapa gue sebut pahlawan? Coba pikirin deh kalo lo kelaperan terus ga bisa nyerap pelajaran? Ya emang bisa sih bawa bekal dari rumah, tapi masa iya emak lo selalu nyiapin tiap hari. Kan kasian juga. Ada juga penjual di kantin yang jadi penjajah, kalo lo ga pernah bayar pastinya lo bakal dijajah sampe mati eh sampe lo bayar dong. Di kantin, lo juga bakal dapet gosip-gosip terbaru di sekolah lo. Lo juga bisa curi-curi pandang ke gebetan lo pas lagi makan di kantin. Asik-asik curi pandang eh dianya makan sama gebetannya yang lain. Pait broh.
 
3. Nungguin Bel Pulang

Satu hal ini juga udah pasti bakal lo kangenin, kalo lo udah suntuk males belajar lo pasti ngeliatin jam terus, ngarepnya makin sering diliatin makin cepat jarum jam bergerak. Tapi enggak ternyata, makin diliatin makin lambat yang ada. Apalagi kalo jamnya guru killer atau guru yg ngebosenin. Makin sering deh tuh jam dilirik. Kalo lo udah gini, yah paling lo tidur-tiduran di kelas biar ga kerasa. Ada juga yang buka socmednya. Banyak deh. Bahkan ada juga yang baru dateng ke sekolah terus ngetweet "kapan pulang". Lah baru aja dateng. Heran gue.
4. Guru Baik

Wah ini guru mah pasti paling dikangenin deh kalo udah jarang ketemu. Cuma beliau yang bisa bikin kita nyaman di kelas. Apalagi kalo beliau ganteng/cantik. Wah di kelas seharian gpp deh. Guru baik ini macem-macem tipenya, ada yang suka masuk kelas tapi ga ngajar, suka ngasih nilai tinggi meskipun ga ngerjain tugas, suka ngelawak. Yah pokoknya guru yang ga ngebosenin deh, bikin mata melek terus kalo di kelas.

5.Gebetan

, Gebetan. Sedih pasti kan ninggalin sekolah sekaligus gebetan yang lo kejar-kejar tapi ga pernah dapet. Sama kaya gue. Apalagi lagi deket-deketnya sama gebetan, eh udah lulus aja kitanya. Yah makin sedih deh. Disatu sisi lo lanjutin atau udahan. Mending kalo gebetannya adek kelas, lo masih bisa main tiap hari ke sekolah. Kalo seangkatan? Yah ngarep aja deh gebetan lo ga lulus. Jadi lo masih bisa ketemu.

6. Sahabat

sahabat juga termasuk didalam postingan ini.  Jadi gini, pas baru-barunya lo masuk ke dunia SMA, lo pasti masih lugu kan? masih ngomong hati-hati karena belum terlalu kenal satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, lo punya temen yang lumayan bisa diandalkan. Ini cuma temen. Saking seringnya diandalkan, kemudian jadi sahabat. Jadi sahabat itu orang yang bisa diandalkan. Eh bukan itu aja , Sahabat itu ada untuk kita disaat suka maupun duka. Contohnya, 1 ngajak pulang, semuanya ngikut. Duh sahabat gue banget tuh haha. Pokoknya kalo udah sahabatan, ngomong apa aja ga pake canggung lagi. Ceplas ceplos istilahnya. Disini juga tempatnya gosip bersarang. Tapi semua kenangan sama sahabat lo bentar lagi pasti sedikit memudar, bukan hilang ya. Dulunya yang lo di sekolah selalu bareng-bareng. Sekarang setelah lulus, semuanya pada berpencar. Tergantung dari orang-orangnya aja sih, sekarang kan ada social media yang bisa ngebantu lo berhubungan dengan sahabat. Ya tapi mau dipermudah gimanapun kalo ga ketemu juga sedih rasanya. Yah begitulah, namanya juga hidup. Karena sahabat datang untuk menghilang, tapi menghilang untuk kembali bersama kita lagi. Di kemudian hari.
 
7. Upacara

 Masa SMA dan terutama hari senin adalah hari bersejarah yang Buat gue harus berdiri kurang lebih satu jam ya buat apa lagi selain upacara. meski terkadang kalo kecapean jadi pura-pura sakit biar bisa ke UKS . ribut dalam barisan, di kuliah gak ada lagi yang nama kuliah, seragam harus lengkap(dasi, tali pinggang) . dan terkadang dalam upacara diam-diam masih banyak yang sempet buka ponsel dan bahkan make up an (cewe) ntah lah kalo cowo. >> mungkin kalo ketemu bakal gue poto dan upload ke blog gue. hahaha..
 
Dan pasti nya gue bakal kangen itu semua, masa yng ngk akan terulang lagi.
Padahal gw baru nyadar, perasaan baru kemaren gw seperti orng gila, bawa balon,bawa dot,bawa tas kresek,bawa sapu lidi, dihukum kakak2 Panmos eh tau-taunya sekarang gw sudah kelas 3 dan hampir lulus
pasti LULUS :D

HANYA AKU


.


 

Karya : Khairunnisa
Aku punya kisah yang mungkin tidak terlalu penting untuk sebagian orang namun bisa saja menarik untuk sebagian yang lain. Sebuah kisah tentang diriku tentang aku yang tidak pernah bersyukur dalam hidup ini dan tentang perjalanan seorang kakek tua yang hidup sebatang kara. Aku pertama kali melihatnya saat dia sedang duduk bersandar disalah satu tiang mesjid dengan pandangan kedepan seperti ada yang dilihat. Aku hanya berlalu saat itu dan berpikir sepertinya dia hanya seorang pengemis. Namun disaat waktu yang lain aku kembali melihatnya dan baru sadar bahwa kakek tua itu memiliki banyak cerita kehidupan yang bisa ku jadikan pelajaran tentang arti rasa syukur terhadap apa yang aku punya.
Sebelum ku bercerita lebih lanjut tentang kakek tua itu, aku memberikan sedikit gambaran tentang hidup ku, aku adalah Vania Melani Putri satu-satunya anak dari orang tua terpandang di kotaku,umurku 18 tahun,hidupku serba mewah,serba ada,serba berkecukupan, apa yang aku inginkan,menit ini juga pasti ada, itulah aku dengan segenap kemewahan yang aku miliki namun disisi lain aku tidak merasa bahagia,karena aku punya orang tua yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku selalu kesepian, hanya ada 2 pembantu dirumahku yang terkadang ku jadikan teman. Dan bodohnya lagi aku sering clabbing  bersama teman-teman ku, aku sudah bisa mengenal dunia malam,dunia yang seharusnya tidak pantas aku ikuti dan orang tuaku tidak pernah tau kebiasaan burukku, dan mereka tidak pernah mau mencari tau apa yang ku lakukankan diluar sana mungkin Karena mereka terlalu sibuk. Ya, aku seperti kekurangan perhatian dari kedua orang tuaku itulah yang membuatku seperti ini.
Puncak dari semua rasaku yang tidak pernah pernah beraturan yang membuatku menyalahkan keadaan. Aku menjadi mudah iri kepada teman-temanku yang hidup harmonis bersama keluarganya sedangkan aku tidak, tidak seperti mereka. Waktu 15 menitpun sangat sulit kucari untuk ngumpul bersama orang tuaku. Aku iri dan minder kepada teman-temanku karena terbayang mereka memiliki kehidupan yang sempurna walau sederhana tidak seperti diriku yang mewah tapi tidak bahagia. Serta aku mulai menuduh Tuhan tidak adil membuat hidupku seperti ini. Padahal jika dilihat dengan sadar dengan kacamata normal aku tidak semenderita ini hanya saja aku lah yang menjadikan nya begitu. Pikiran dan hatiku seperti sudah tertutup oleh sesuatu yang membuatku merasa tidak beruntung. Aku terpuruk dalam diriku sendiri.  
Suatu ketika aku dapat telpon dari pihak rumah sakit yang katanya orang tuaku sedang koma disana akibat pesawat yang di tumpangi mereka jatuh. Ya, siang ini memang orang tuaku mau ke luar negri, tapi ternyata lagi-lagi musibah itu datang, aku kaget dan shok ketika mendengar berita itu. Aku langsung bergegas-gegas menuju rumah sakit tapi setelah tiba disana , Tuhan berkata lain, Tuhan ambil orang tuaku satu-satunya harta yang paling berharga yang aku punya yang tidak ada tandingannya oleh apapun dan siapapun. Aku semakin sedih,semakin terpuruk,dan semakin membenci diriku sendiri. Air mataku tak henti-hentinya menangis ,  terus-terusan ku gerakkan badan orang tuaku  untuk menyuruh mereka bangun , namun mereka sama sekali tidak mendengarkanku.
Aku seperti mimpi, padahal tidak.
Aku berkata : ibu, ayah bangun. vania disini. Vania ingin di peluk sama kalian seperti Vania waktu kecil. Vania ingin menghabiskan waktu bersama kalian, mohon ayah ibu bangun dengerin Vania ngomong sekali ini saja. Vania tidak punya siapa-siapa lagi , Vania ingin di manja ibu dan ayah tolong bangun bu.
Tetapi mereka tetap tidak menghiraukanku
 Dan aku mulai menyadari sekeras apapun aku berbicara, Karena ketika mereka sudah tiada mereka tidak akan pernah mendengarkanku. Ini percuma, untuk apa aku hidup jika harus terus-terusan merasakan sakit. Tuhan ambil semuanya dariku, dan aku semakin yakin Tuhan memang tidak adil kepadaku. Memang aku percaya hidup ini hanya panggung sandiwara ada skenario besar yang mengatur hidup ini dan mungkin itulah yang sering disebut orang dengan takdir. Ya inilah takdirku TAKDIR YANG BURUK.
Hari demi hari ku coba ikhlaskan semuanya,kian lama kehidupanku makin tidak terarah seolah aku jauh tersesat kedalam dunia yang hampa akan segalanya.seperti tanah gersang dan pepohonan kering, aku merasa mati walau raga ini hidup. Aku terpuruk dalam diriku sendiri dan tidak tau bagaimana harus keluar dari semua ini. Hingga akhirnya aku bertemu lagi dengan kakek tua yang kuceritakan diawal tadi. Semuanya terjadi ketika aku merasa lelah dan merindukan mesjid,akupun memutuskan untuk menenangkan diri dimesjid. Mesjid yang dulu pernah aku datangi beberapa bulan yang lalu. Disaat itulah kulihat kakek tua itu sedang duduk bersandar disalah satu tiang mesjid namun tidak terlalu ku perdulikan, aku berlalu begitu saja dengan segala rasa yang ada dihatiku.sebuah keadaan memaksa ku untuk kembali melihat kakek tua itu lagi di lain hari yang lain. Saat itu aku tidak pulang kerumah karena aku penasaran sama kakek tua itu, dia berbaring rapuh di pojokan beralasakan sajadah serta kain-kain yang entah darimana dia dapatkan dijadikannya selimut. Aku mencoba melihat disekeliling mesjid untuk memastikan apakah ada pengemis lain yang tidur disitu, ternyata tidak ada. Barulah ku sadari bahwa kakek itu bukan seorang pegemis, hanya seorang kakek tua yang hidup tidak mempunyai rumah. Ku perhatikan terus kakek itu, ternyata dia juga cukup fasih membaca ayat suci al-qur’an walaupun begitu tidak pernah sekalipun aku lihat dia mengeluh dengan keadaannya. Yang sangat berbanding balik dengan kehidupanku.
Sejak itulah aku mulai sadar bahwa selama ini aku sudah dipernainkan oleh pikiranku sendiri, bahwa aku menderita. Padahal kenyataannya tidak begitu, hidupku masih mewah,hanya saja aku yang terlalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur. Padahal masih banyak orang lain yang benar-benar menderita serta memiliki kekurangan seperti kakek tua itu. Jika dilihat dari kehidupanku puluhan kali lebih enak dari kakek tua itu,aku masih mempunyai rumah mewah, apartemen dan lainnya dari peninggalan orang tuaku. Tubuhku masih sehat dibanding kakek tua itu yang sudah tua renta. Aku membayangkan bagaimana jika aku  menjadi kakek tua itu terutama dalam keadaan yang serba kurang. Mungkin setiap hari hanya harapan yang menyelimuti diri ini. Berusaha menunggu sebuah keajaiban yang mungkin daatang secara tiba-tiba,walau aku tau semua bisa saja tidak pernah datang karena hidupku sebatang kara.mungkin juga aku akan menangis dalam hati saat angin malam berhembus menusuk kulit, saat nyanyian malam mulai berdendang dalam kesunyian dan saat matahari kembali membakar bumi.
Saat pagi datang aku tetap sendirian,mencoba mencari sesuatu namun tidak pernah ditemukan apa yang kucari.aku mulai merasakan kesepian lagi aku merindukan orang tuaku,aku berharap mereka ada dihadapanku,aku berhayal bisa bersama mereka lagi,pengen mengulang hidup yang harmonis ,pengen berbagi cerita bersama meraka,berbagi tawa tapi semuanya terlambat. Semua telah hilang di telan waktu . karena sebesaar apapun aku berharap sekeras apapun aku berusaha sejauh manapun aku melangkah kenyataan tetap akan mengembalikanku pada kesunyian,kesepian dan kesendirian ini. Aku hanya seorang pemimpi kehidupan dengan kenangan tersisa yang hampir menghilang. Kenangan akan kehangatan cinta dari orang-orang terdekatku yang saat ini sudah jauh meninggalkanku dialam sana. Alam yang berbeda.
Aku tersadar dari lamunanku dan menyeka air mata yang sedari tadi membasahi pipiku ,rupanya aku terlalu hanyut dalam bayangan kelam Karena membayangkan mereka ada disisiku lagi.
 Aku sama sekali tidak bersyukur dengan apa yang aku punya malah dengan sengaja aku membuat diriku depresi.
Ku tulis surat untuk ibu dan ayahku


Dear Alm ibu dan ayah
Selalu hadirdalam setiap detik kedipan mata ini, bayangan kalian yang Nampak sedih tak berdaya, menangis tanpa air mata hingga membuatmu tak mampu berkata-kata. Aku tak kuasa menahan tangisan ini membayangkan kalian ada disisiku lagi. Entah kapan aku akan kembali melihat raut wajah kalian.
Kalian meninggalkan banyak kenangan ,tiada hari bersama kalian lagi, hanya kenangan yang membuat mata ini slalu ingin mengeluarkan air mataku yang sudah mulai membeku. Ibu,ayah semoga kau tenang di alam sana, semoga kebahagiaan slalu bersama kalian, ibu , ayah sekarang aku sudah mandiri, segala sesuatu ku lakukan sendiri , ku rasakan sendiri


Vania Melani Putri


pernahkah anda berpikir tentang matematika


.

1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?

Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH

1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x – = -
– x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
– x – = +

Pelajaran matematika ternyata sarat makna, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup.

jalan yang tidak ku tempuh


.

Dua jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan
Dan sayang aku tidak bisa menempuh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Kemana kelokannya mengarah di balik semak belukar
Kemudian aku memandang yang satunya, sama bagusnya,
Dan mungkin malah lebih bagus,
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun tapak yang telah melewatinya
Juga telah merundukkan rerumputan,

Dan pagi itu keduanya sama-sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan rontok yang belum terusik
Oh, kusimpan jalan pertama untuk lain kali !
Meski tahu semua jalan berkaitan
Aku ragu akan pernah kembali
Aku akan menuturkannya sambil mendesah
Suatu saat berabad-abad mendatang
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku…
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui
Dan itu mengubah segalanya.